Minggu, 20 Februari 2011

Sinar Matahari yang Sehat adalah Siang Bukan Pagi

Media massa dan sekolah kedokteran mengajarkan kepada Anda bahwa sinar matahari di siang hari adalah tidak baik untuk kesehatan, dan berjemur yang sehat adalah di pagi atau sore hari. Tapi tahukah Anda bahwa penelitian sains holistic modern justru menyatakan hal yang beda? Sains holistik modern menyatakan bahwa sinar matahari yang baik untuk kesehatan adalah di siang hari dan justru sinar matahari di pagi dan sore harilah yang tidak baik untuk kesehatan!
Sinar matahari atau ultraviolet terbagi menjadi 3 macam, yaitu UVA (ultraviolet A), UVB (ultraviolet B), dan UVC (ultraviolet C). Tapi yang paling utama adalah UVA dan UVB. Sinar UVA dan UVC adalah jenis sinar matahari yang bisa menembus kaca dan awan tipis serta merupakan sinar penyebab mutasi sel kanker. UVB adalah jenis sinar matahari yang tidak bisa menembus kaca tapi merupakan sinar yang membantu pembentukan vitamin D dalam tubuh kita walaupun membuat kulit jadi lebih gelap.
.
Pembunuh yang Sebenarnya adalah UVA
Dr. Dianne Godar dari Food and Drug Administration (FDA) atau BPOM-nya Amerika, telah mengadakan penelitian yang mengindikasikan bahwa UVA kemungkinan bertanggung jawab sebagai penyebab epidemi melanoma (sejenis kanker kulit). Ini lain halnya dengan UVB yang memang membuat kulit kita tambah gelap tapi justru membantu proses pembentukan vitamin D dalam tubuh kita.
UVA sanggup menembus kaca jendela, yang berarti Anda tetap terkena sinar ini ketika Anda di dalam ruangan atau di mobil. Justru UVB yang Anda butuhkan di situasi tertutup seperti ini tidak bisa menembus kaca bening apapun.
UVB dalam penelitian terlihat memilki efek melindungi kita dari melanoma. Dr. Godar mengemukakan bahwa kejadian melanoma berat lebih banyak dialami oleh pekerja di dalam ruangan, bukan di luar ruangan.
Rendahnya kadar vitamin D-lah yang meningkatkan resiko terhadap melanoma sedangkan kulit makin gelap karena terkena sinar matahari (UVB) mengurangi resiko terkena melanoma. Para pasien yang memaparkan diri sendiri ke UVB hidup lebih lama dibandingkan mereka yang tidak.
Baik UVA maupun UVB, keduanya menyebabkan kulit jadi lebih gelap, tapi yang paling “menggelapkan” adalah UVB (sinar baik). UVA menembus lebih ke dalam lagi di bagian kulit kita ketimbang UVB dan inilah yang memungkinkan timbulnya penuaan, kerut, dan kanker kulit.
.
Mengapa Cukup Terpapar Sinar Matahari Dapat Mengurangi Resiko Anda Terkena Kanker
Terpapar sinar matahari yang cukup sebenarnya dapat membantu melindungi kita terhadap kanker. Dan REALITA memperlihatkan bahwa melanoma berkurang pada orang-orang yang sering terkena sinar matahari, tapi malah meningkat pada yang memakai sunscreen.
Masyarakat dan komunitas medis konvensional tidak menyadari bahwa paparan sinar matahari yang CUKUP (tidak berlebihan) membantu terbentuknya vitamin D dalam kulit dan vitamin D inilah yang mengatur modulasi genetika kulit yang melindungi kita dari abnormalitas akibat paparan sinar matahari.
Tapi tahukah Anda bahwa sinar matahari tidak hanya melindungi kita dari kanker kulit melanoma, tapi juga 16 jenis kanker lainnya, termasuk kanker pankreas, paru, payudara, rahim, prostat, dan kanker usus!
.
Jika Anda memakai Sunscreen (Tabir Surya), Anda menghilangkan Manfaat Sinar Matahari
Jika Anda selalu “sembunyi” dari sinar matahari bahkan selalu memakai sunblock atau sunscreen ketika Anda keluar di siang hari, kulit Anda tidak akan menghasilkan vitamin D dari paparan sinar matahari dan itu berarti Anda kurang perlindungan terhadap kanker.
Disamping itu, sunscreen hanya menghalangi UVB, sinar penyebab kulit gelap, sedangkan UVA (penyebab kanker tapi tidak menggelapkan kulit) tetap menembus kulit Anda. Sampai sekarang tidak ada sunscreen yang sanggup memblokir UVA dengan kadar yang tinggi.
Sinar UVA cukup konstan menyinari bumi sepanjang hari, tapi UVB yang baik untuk kesehatan kita sangat sedikit di pagi dan sore hari. Di siang harilah UVB terpancar sangat banyak.
Jadi jika Anda memutuskan untuk memakai sunscreen, pakailah yang bisa menahan UVA dan UVB tapi tidak mengandung titanium dioxide dan zinc oxide. Sungguh tragis, dua kandungan beracun ini telah digunakan di seluruh dunia selama 75 tahun sebagai sunscreen yang aman.
Tapi perlu diingat bahwa Anda tetap perlu terkena sinar matahari untuk beberapa saat untuk mencukupi kebutuhan vitamin D Anda.
.
Kapankah Waktu Terbaik untuk “Berjemur”?
Waktu terbaik untuk mendapatkan manfaat UVB untuk menghasilkan vitamin D adalah SESIANG MUNGKIN. Itu berarti antara jam 10 pagi sampai dengan 2 siang. Anda tidak perlu berlama-lama berjemur atau terpapar sinar matahari di jam-jam ini. Hanya perlu kira-kira 20 menit. Beberapa orang yang sensitif terkadang hanya perlu 10 menit terpapar sinar matahari. Makin gelap kulit Anda, makin lama pula Anda perlu terpapar sinar matahari.
Tapi ingat, jangan TERLALU LAMA terkena sinar matahari di siang hari, karena paparan BERLEBIH juga akan membakar kulit Anda!
Pada saat pagi dan sore hari, UVB tidak banyak terpancar sedangkan sinar “yang menguasai” di pagi dan sore hari adalah UVA, “si pembawa kanker”.
Anda kaget dengan informasi ini? Ya memang benar ini bertolak belakang dengan semua pemberitaan media massa dan medis konvensional. Tapi inilah kebenarannya.
.
Hati-Hati dengan Sains Palsu!
Untuk membantu Anda mengetahui mana sains yang benar, Anda perlu melihat kepada sejarah dan fakta keseharian.
Coba Anda perhatikan para petani dan orang-orang desa (benar-benar desa, bukan subkota). Mereka adalah orang-orang yang SERING dan SELALU terkena sinar matahari, tapi Anda lihat bahwa mereka justru adalah orang-orang dengan fisik kuat dan sehat. Kulit mereka lebih gelap dibandingkan orang kota, tapi mereka tidak menderita kanker kulit.
Ingat, REALITANYA adalah mereka SERING dan SELALU terkena sinar matahari bahkan DI SIANG HARI, bukan hanya di pagi dan sore hari!
Hati-hati terhadap uji ilmiah yang TIDAK didukung oleh realita sejarah dan fakta keseharian!
Inilah yang sering tidak kita sadari akan PERSYARATAN sains yang asli, yaitu UJI ILMIAH HARUS DIDUKUNG OLEH SEJARAH DAN FAKTA KESEHARIAN. Seringkali komunitas medis konvensional membanggakan diri bahwa sains mereka telah didukung oleh banyak uji ilmiah. Sains mereka memang banyak uji ilmiahnya tapi sayang, LEBIH BANYAK (tidak semua) MERUPAKAN UJI ILMIAH DI LABORATORIUM, BUKANNYA DI LAPANGAN. Disamping itu, kebenaran uji ilmiah mereka kebanyakan (tidak semua) tidak didukung oleh realita sejarah dan fakta keseharian. Ingat, uji ilmiah bisa dimanipulasi dan bisa sering terjadi kesalahan karena “human error”, sedangkan realita sejarah dan fakta keseharian tidak bisa dimanipulasi!
Inilah PERBEDAAN BESAR antara sains medis konvensional dengan sains holistik modern. Untuk mempermudah Anda membandingkannya, perhatikanlah tabel perbedaan di bawah ini.
.
SAINS MEDIS KONVENSIONAL SAINS HOLISTIK MODERN
Ditunjang uji ilmiah, tapi kurang ditunjang realita sejarah dan fakta keseharian. Ditunjang uji ilmiah + ditunjang banyak realita sejarah dan fakta keseharian.
(Inilah yang selalu tidak diperhatikan oleh masyarakat bahwa selain uji ilmiah, seharusnya ada BUKTI NYATA dari realita sejarah dan fakta keseharian karena UJI ILMIAH BISA DIMANIPULASI, SEDANGKAN REALITA TIDAK BISA DIMANIPULASI)
Uji ilmiah lebih banyak dilakukan di dalam laboratorium. Uji ilmiah dilakukan di dalam laboratorium dan di lapangan.
(Perlu Anda sadari bahwa sains sejati itu menyelidiki ALAM ASLI bukan alam buatan, apalagi untuk kesehatan manusia. Manusia tidak tinggal di dalam laboratorium, jadi diperlukan uji ilmiah di lapangan untuk menentukan validitas kebenaran suatu ilmu kesehatan manusia. Habitat asli manusia bukan di dalam lab tapi di lingkungan bebas yang “penuh warna”).
.
Jika Anda butuh bukti jurnal medis lainnya tentang uji ilmiah holistik modern yang kontroversial ini (tapi didukung oleh realita sejarah dan fakta keseharian), silahkan Anda mencari dan menyelidikinya via internet. Akan Anda temukan banyak jurnal-jurnal medis yang melaporkan informasi kontroversial ini.
Saya bantu Anda dengan memberikan beberapa contoh link:
http://www.contracostatimes.com/mld/cctimes/living/health/9224364.htm?1c%20
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18410803?ordinalpos=8&itool=EntrezSystem2.PEntrez.Pubmed.Pubmed_ResultsPanel.Pubmed_RVDocSum
http://healthlink.mcw.edu/article/964647970.html
http://articles.mercola.com/sites/articles/archive/2005/02/19/sun-skin.aspx
.
HIOS Membantu Mata Anda Melihat yang Tersamar
Kami para praktisi holistik modern menerapkan “Terapi Matahari” pada para pasien kami. Terkadang suplementasi vitamin D pada minyak ikan masih kurang, jadi kami terkadang menganjurkan terapi matahari pada mereka.
Begitu banyak sains-sains palsu di sekitar Anda, tapi masyarakat tidak bisa melihatnya karena kurangnya pengetahuan. Anda perlu “mata ketiga” untuk bisa melihat yang tersamar, yaitu informasi-informasi yang sebenarnya kebohongan atau konspirasi saja. Informasi-informasi dan sains-sains palsu tersebut diantaranya seperti susu sapi dibutuhkan untuk kesehatan, rutin minum susu kedelai baik untuk kesehatan, diabetes tidak bisa disembuhkan secara total, kita harus makan tepat waktu, HIV penyebab AIDS, HPV penyebab kanker serviks, dan lain sebagainya.
Anda pasti heran dengan contoh-contoh yang saya sebutkan di atas, tapi… ya benar… saya tidak mengada-ada. Kebanyakan apa yang Anda yakini selama ini sebenarnya adalah SALAH!
Untuk melindungi Anda dan keluarga dari sains atau informasi-informasi yang menyesatkan dan membahayakan kesehatan Anda, saya sarankan Anda proaktif untuk mempelajari sains holistik modern sendiri.
Sains holistik modern itu sendiri mudah untuk dipelajari dan untuk membantu Anda belajar sains holistik ini, saya membuka HIOS (Healindonesia Online School), dimana Anda bisa belajar sains holistik modern secara online. Di HIOS-lah Anda akan memiliki mata ketiga untuk bisa melihat “yang tersamar”. Tapi bukan hanya itu saja, Anda juga akan diperlengkapi sains yang membuat Anda bisa menyembuhkan berbagai penyakit SERIUS SERTA MEMATIKAN tanpa obat-obatan dan operasi. Untuk detail info dan pendaftaran ke sekolah online ini, silahkan klik: http://hios.co.nr
Dt. Awan – Healindonesia
.
Link referensi:
http://articles.mercola.com/sites/articles/archive/2009/03/31/The-Real-Killer-in-Sunlight–UVA.aspx
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19155143

Sumber : http://healindonesia.wordpress.com/2009/06/27/sinar-matahari-yang-sehat-adalah-siang-bukan-pagi/

Senin, 07 Februari 2011

Sedekah Membuat Kaya

Ini pendapat Joe Vitale, penulis Spiritual Marketing. Juga pendapat banyak penulis lain yang dari pengalamannya mendapati bahwa semakin dia rela memberi (bersedekah) semakin banyak apa yang dia sumbangan itu kembali kepada dirinya dengan berlipat-lipat. Kalu dia nyumbang uang, maka (biasanya) akan datang uang. Kalau tenaga, maka akan kembali banyak bantuan. Kalau ilmu, maka akan kembali lebih banyak ilmu. Mereka menemukan bahwa “to give in order to get” adalah suatu hukum universal.

Sebentar, masih menurut orang-orang tersebut, hanya sedekah yang tulus lah yang akan menggetarkan semesta. Jadi tidak semua pemberian akan memberikan efek pengembalian yang diharapkan. Tentu saja ini bukan sok merasa lebih tahu tentang cara yang disukai Tuhan, ini adalah berbagi pengalaman apa yang mereka rasakan.

Berikut ini cara bersedekah (menyumbang) yang mereka rasakan mampu menggetarkan spiritualitas mereka :

1. Bersedekahlah saat merasa ingin bersedekah, jangan sampai merasa terpaksa. Bila saat bersedekah kita justru merasa kesal, maka akan tertanam di bawah sadar bahwa bersedekah itu tidak enak, bahkan mengesalkan. Mungkin seperti kalau kita bayar parkir kepada preman di pinggir jalan. Ada perasaan terpaksa, tak berdaya, bahkan dirampok. Bukan karena besar kecilnya nilai uang, tapi rela tidaknya perasaan saat memberikan sumbangan. Kalau anda sedang suntuk, tunggu sampai hati lebih riang. Memberi dengan berat hati akan memberi asosiasi buruk ke alam bawah sadar.

2. Bersedekahlah kepada sesuatu yang disukai sehingga hati Anda tergetar karenanya. Mungkin suatu ketika Anda ingin menyumbang yatim piatu, di waktu lain mungkin menyumbang perbaikan jembatan, mungkin pelestarian satwa yang hampir punah, mungkin disumbangkan untuk modal usaha bagi seorang pemula. Intinya adalah Anda sebaiknya menyedekahkan pada hal yang membuat perasaan Anda tergetar. Setiap orang akan berbeda. Seringkali seseorang menyumbang ke tempat ibadah, tapi hatinya tidak sejalan, hanya karena kebiasaan. Menyumbang yang tak bisa dihayati tak akan menggetarkan kalbu.

3. Bersedekahlah dengan sesuatu yang bernilai bagi Anda. Kebanyakan wujudnya adalah uang, namun lebih luas lagi adalah benda yang juga anda suka, pikiran, tenaga, ilmu yang anda suka. Dengan menyumbang sesuatu yang anda sukai, membuat anda juga merasa berharga karena memberikan sesuatu yang berharga.

4. Bersedekahlah dalam kuantitas yang terasa oleh perasaan. Bagaimana rasanya memberi sedekah 25 rupiah? Bagi kebanyakan orang nilai ini sudah tidak lagi terasa. Untuk seseorang dengan gaji 1 juta, maka 50 ribu akan terasa. Bagi yang perpenghasilan 20 juta, mungkin 1 juta baru terasa. Setiap orang memiliki kadar kuantitas berbeda agar hatinya tergetar ketika menyumbang. Nilai 10 persen biasanya menjadi anjuran dalam sedekah (bukan wajib), mungkin karena sejumlah nilai itulah kita akan merasakan ‘beratnya’ melepas kenikmatan.

5. Menyumbang anonim akan memberi dampak lebih kuat. Ini erat kaitannya dengan ketulusan, walaupun tidak anonim juga tak apa-apa. Dengan anonim lebih terjamin bahwa kita hanya mengharap balasan dari Tuhan (ikhlas).

6.Bersedekah tanpa pernah mengharap balasan dari orang yang anda beri. Yakinlah bahwa Tuhan akan membalas, tapi tidak lewat jalan orang yang anda beri. Pengalaman para pelaku kebanyakan menunjukkan bahwa balasan datang dari arah yang lain.

7. Bersedekahlah tanpa mengira bentuk balasan Tuhan atas sedekah itu. Walaupun banyak pengalaman menunjukkan bahwa kalau bersedekah uang akan dibalas dengan uang yang lebih banyak, namun kita tak layak mengharap seperti itu. Siapa tahu sedekah itu dibalas Tuhan dengan kesehatan, keselamatan, rasa tenang, dll, yang nilainya jauh lebih besar dari nilai uang yang disedekahkan.

Demikian berbagai hal yang berkaitan dengan prinsip bersedekah. Prinsip-prinsip ini sangat sesuai dengan petunjuk rasulullah Muhammad berkaitan dengan sedekah dan keutamaannya. Kalau tak salah, ada hadits yang menyatakan bahwa tak akan menjadi miskin orang yang bersedekah. Dijamin.

Selain itu bersedekah juga menghindarkan diri dari marabahaya.

Ada sebuah kisah yang kalau tak salah saya dapat dari Pak Jalaluddin Rakhmat tentang seorang yang ditunda kematiannya karena bersedekah. Suatu ketika rasulullah sedang duduk bersama para sahabat. Lalu melintaslah seorang yang memanggul kayu bakar. Tiba-tiba Rasulullah berkata kepada para sahabat, “Orang ini akan meninggal nanti siang.”

Sorenya ketika Rasulullah duduk bersama para sahabat, melintaslah orang tersebut. Maka dipanggillah orang tersebut oleh rasul dan ditanya, “Aku diberitahu (malaikat) tadi pagi bahwa kamu akan menemui ajal siang tadi. Tapi kulihat kamu masih segar bugar. Apa yang telah kamu lakukan?” Kemudian orang itu berkisah bahwa tadi pagi dia membawa bekal makan siang. Lalu di tengah jalan bekal itu dia sedekahkan kepada orang yang membutuhkan. Selanjutnya, kata orang itu, saat kayu-kayu bakar diletakkan tiba-tiba seekor ular hitam keluar dari dalamnya. Rasulullah kemudian menjelaskan bahwa ular itulah yang sedianya akan mematuk orang tersebut, namundia berpindah takdir karena sedekahnya menghidarkan dia dari bahaya tersebut.

(Demikian lebih kurang sebuah kisah yang saya tahu. Sayang saya lupa detilnya, apalagi perawinya. Jadi mohon dicari sendiri sumber kisah tersebut. Seingat saya kisah tersebut dari Pak Jalal yang saya kenal punya banyak sumber terpercaya.)

Kisah itu menunjukkan keutamaan sedekah yang bisa menghindarkan diri dari bahaya, sekaligus menujukkan bahwa cara Tuhan membalas sedekah tidak dalam bentuk dan jalan yang kita.

SUARA YANG DIDENGAR MAYAT !!!!

Yang Akan Ikut Mayat Adalah Tiga hal yaitu;
************ ********* ********* ********* *****
1. Keluarga
2. Hartanya
3. Amalnya

Ada Dua Yang Kembali Dan Satu akan Tinggal Bersamanya yaitu;
************ ********* ********* ********* ********* ********* *
1. Keluarga dan Hartanya Akan Kembali
2. Sementara Amalnya Akan Tinggal Bersamanya.

Maka ketika Roh Meninggalkan Jasad .
************ ********* ********* ********* *******
Terdengarlah Suara Dari Langit Memekik, "Wahai Fulan Anak Si Fulan..
- Apakah Kau Yang Telah Meninggalkan Dunia, Atau Dunia Yang Meninggalkanmu
- Apakah Kau Yang Telah Mengumpul Harta Kekayaan, Atau Kekayaan Yang Telah MengumpulkanMu- Apakah Kau Yang Telah Menumpuk Dunia, Atau Dunia Yang Telah Menumpukmu
- Apakah Kau Yang Telah Mengubur Dunia, Atau Dunia Yang Telah Menguburmu."

Ketika Mayat Tergeletak Akan Dimandikan .
************ ********* ********* ********* *********
...Terdengar Dari Langit Suara Memekik, "Wahai Fulan Anak Si Fulan...
- Mana Badanmu Yang Dahulunya Kuat, Mengapa Kini Terkulai Lemah
- Mana Lisanmu Yang Dahulunya Fasih, Mengapa Kini Bungkam Tak Bersuara
- Mana Telingamu Yang Dahulunya Mendengar, Mengapa Kini Tuli Dari Seribu Bahasa
- Mana Sahabat-Sahabatmu Yang Dahulunya Setia, Mengapa Kini Raib Tak Bersuara"

Ketika Mayat Siap Dikafan
************ ********* ********* **
...Suara Dari Langit Terdengar Memekik,"Wahai Fulan Anak Si Fulan
- Berbahagialah Apabila Kau Bersahabat Dengan Ridha
- Celakalah Apabila Kau Bersahabat Dengan Murka Allah
- Kini Kau Tengah Berada Dalam Sebuah Perjalanan Nun Jauh Tanpa Bekal
- Kau Telah Keluar Dari Rumahmu Dan Tidak Akan Kembali Selamanya
- Kini Kau Tengah Safar Pada Sebuah Tujuan Yang Penuh Pertanyaan."

Ketika Mayat Diusung. ...
************ ********* ********* ***
Terdengar Dari Langit Suara Memekik, "Wahai Fulan Anak Si Fulan..
- Berbahagialah Apabila Amalmu Adalah Kebajikan
- Berbahagialah Apabila Matimu Diawali Taubat
- Berbahagialah Apabila Hidupmu Penuh Dengan Taat."

Ketika Mayat Siap Disholatkan ....
************ ********* ********* *********
Terdengar Dari Langit Suara Memekik, "Wahai Fulan Anak Si Fulan..
- Setiap Pekerjaan Yang Kau Lakukan Kelak Kau Lihat Hasilnya Di Akhirat
- Apabila Baik Maka Kau Akan Melihatnya Baik
- Apabila Buruk, Kau Akan Melihatnya Buruk."

Ketika MayatDibaringkan Di Liang Lahat....
************ ********* ********* ********* ******
terdengar Suara Memekik Dari Langit,"Wahai Fulan Anak Si Fulan...
- Apa Yang Telah Kau Siapkan Dari Rumahmu Yang Luas Di Dunia Untuk Kehidupan Yang Penuh Gelap Gulita Di SinWahai Fulan Anak Si Fulan...
- Dahulu Kau Tertawa, Kini Dalam Perutku Kau Menangis
- Dahulu Kau Bergembira,Kini Dalam Perutku Kau Berduka
- Dahulu Kau Bertutur Kata, Kini Dalam Perutku Kau Bungkam Seribu Bahasa."

Ketika Semua Manusia Meninggalkannya Sendirian...
************ ********* ********* ********* ********* ****
Allah Berkata Kepadanya, "Wahai Hamba-Ku.... ..
Kini Kau Tinggal Seorang Diri
Tiada Teman Dan Tiada Kerabat
Di Sebuah Tempat Kecil, Sempit Dan Gelap..
Mereka Pergi Meninggalkanmu. .. Seorang Diri
Padahal, Karena Mereka Kau Pernah Langgar Perintahku
Hari Ini,....
Akan Kutunjukan Kepadamu
Kasih Sayang-Ku
Yang Akan Takjub Seisi Alam
Aku Akan Menyayangimu
Lebih Dari Kasih Sayang Seorang Ibu Pada Anaknya".

Kepada Jiwa-Jiwa Yang Tenang Allah Berfirman,
************ ********* ********* ********* ********* ***
"Wahai Jiwa Yang Tenang Kembalilah Kepada Tuhanmu
Dengan Hati Yang Puas Lagi Diridhai-Nya
Maka Masuklah Ke Dalam Jamaah Hamba-Hamba- Ku
Dan Masuklah Ke Dalam Jannah-Ku"


Rasulullah SAW. menganjurkan kita untuk senantiasa mengingat mati (maut) dan dalam sebuah hadisthnya yang lain, beliau bersabda "wakafa bi almauti wa'idha", artinya, cukuplah mati itu akan menjadi pelajaran bagimu!

Seorang sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, pesankan sesuatu kepadaku yang akan berguna bagiku dari sisi Allah." Nabi Saw lalu bersabda: "Perbanyaklah mengingat kematian maka kamu akan terhibur dari (kelelahan) dunia, dan hendaklah kamu bersyukur. Sesungguhnya bersyukur akan menambah kenikmatan Allah, dan perbanyaklah doa. Sesungguhnya kamu tidak mengetahui kapan doamu akan terkabul." (HR. Ath-Thabrani)

Tidak ada sesuatu yang dialami anak Adam dari apa yang diciptakan Allah lebih berat daripada kematian. Baginya kematian lebih ringan daripada apa yang akan dialaminya sesudahnya. (HR. Ahmad)


Perbanyaklah mengingat kematian. Seorang hamba yang banyak mengingat mati maka Allah akan menghidupkan hatinya dan diringankan baginya akan sakitnya kematian. (HR. Ad-Dailami)



Janganlah seorang mati kecuali dia dalam keadaan berbaik sangka terhadap Allah. (HR. Muslim)

Sumber:http://sedekah.net/

Bekerja Saat Waktu Pagi

Di antara jalan untuk meraih keberkahan dari Allah, ialah menanamkan semangat untuk hidup sehat dan produktif, serta menyingkirkan sifat malas sejauh-jaunya. Caranya, senantiasa memanfaatkan karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan hal-hal yang berguna dan mendatangkan kemaslahatan bagi hidup kita.

Termasuk waktu yang paling baik untuk memulai bekerja dan mencari rizki, ialah waktu pagi. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memanjatkan do’a keberkahan.

“Ya Allah, berkahilah untuk ummatku waktu pagi mereka” [HR Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa-i, Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani]

Hikmah dikhususkannya waktu pagi dengan doa keberkahan, lantaran waktu pagi merupakan waktu dimulainya berbagai aktifitas manusia. Saat itu pula, seseorang merasakan semangat usai beristirahat di malam hari. Oleh karenanya, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendo’akan keberkahan pada waktu pagi ini agar seluruh umatnya memperoleh bagian dari doa tersebut.

Sebagai penerapan langsung dari doa ini, bila mengutus pasukan perang, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukannya di pagi hari, sehingga pasukan diberkahi dan mendapatkan pertolongan serta kemenangan.

Contoh lain dari keberkahan waktu pagi, ialah sebagaimana yang dilakukan oleh sahabat Shakhr Al-Ghamidi Radhiyallahu ‘anhu. Yaitu perawi hadits ini dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Shakhr bekerja sebagai pedagang. Usai mendengarkan hadits ini, ia pun menerapkannya. Tidaklah ia mengirimkan barang dagangannya kecuali di pagi hari. Dan benarlah, keberkahan Allah Subhanahu wa Ta’ala dapat ia peroleh. Diriwayatkan, perniagaannya berhasil dan hartanya melimpah ruah. Dan berdasarkan hadits ini pula, sebagian ulama menyatakan, tidur pada pagi hari hukumnya makruh.

Masih banyak lagi amalan-amalan yang akan mendatangkan keberkahan dalam kehidupan seorang muslim. Apa yang telah saya paparkan di atas hanyalah sebagai contoh

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa melimpahkan taufiq dan keberkahan-Nya kepada kita semua. Dan semoga pemaparan singkat ini dapat berguna bagi saya pribadi dan setiap orang yang mendengar atau membacanya. Tak lupa, bila pemaparan diatas ada kesalahan, maka hal itu datang dari saya dan dari setan, sehingga saya beristighfar kepada Allah. Dan bila ada kebenaran, maka itu semua atas taufik dan inayah-Nya

Sabtu, 29 Januari 2011

Memuliakan Al-Qur`an Bukan Dengan Menciumnya

Kebanyakan orang memiliki anggapan khusus atas perbuatan semisal ini. Mereka mengatakan bahwa perbuatan mengecup mushaf tersebut tidak lain kecuali untuk menampakkan pemuliaan dan pengagungan kepada Al-Qur`anul Karim.

Petikan Nasihat dari Al-‘Allamah Al-Muhaddits Al-Imam Al-Albani rahimahullahu

Al-Qur`an yang diturunkan oleh Rabbul ‘Alamin dari atas langit yang ketujuh adalah sebuah kitab yang diagungkan keberadaannya oleh kaum muslimin. Mereka menghormatinya, memuliakan, dan menyucikannya. Namun terkadang pengagungan dan penghormatan tersebut tidaklah sesuai dengan yang semestinya. Artinya, mereka menganggap perbuatan yang mereka lakukan merupakan bentuk pengagungan dan penghormatan terhadap Kalamullah, padahal syariat tidak menyepakatinya.

Satu kebiasaan yang lazim kita lihat di kalangan kaum muslimin adalah mencium/mengecup mushaf Al-Qur`an. Dengan berbuat seperti itu mereka merasa telah memuliakan Al-Qur`an. Lalu apa penjelasan syariat tentang hal ini? Kita baca keterangan Al-’Allamah Al-Muhaddits Al-Imam Al-Albani t berikut ini.

Dalam keyakinan kami, perbuatan mengecup mushaf tersebut hukumnya masuk dalam keumuman hadits:

إِيَّاكُمْ وَمُحْدَثاَتِ اْلأُمُوْرِ، فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

“Hati-hati kalian dari perkara-perkara yang diada-adakan, karena setiap yang diada-adakan merupakan bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat.”1

Dalam hadits yang lain disebutkan dengan lafadz:

وَكُلُّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ

“Dan setiap kesesatan itu di dalam neraka.”2

Kebanyakan orang memiliki anggapan khusus atas perbuatan semisal ini. Mereka mengatakan bahwa perbuatan mengecup mushaf tersebut tidak lain kecuali untuk menampakkan pemuliaan dan pengagungan kepada Al-Qur`anul Karim. Bila demikian, kita katakan kepada mereka, “Kalian benar. Perbuatan itu tujuannya tidak lain kecuali untuk memuliakan dan mengagungkan Al-Qur`anul Karim! Namun apakah bentuk pemuliaan dan pengagungan seperti itu dilakukan oleh generasi yang awal dari umat ini, yaitu para shahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, demikian pula para tabi’in dan atba’ut tabi’in?” Tanpa ragu jawabannya adalah sebagaimana kata ulama salaf, “Seandainya itu adalah kebaikan, niscaya kami lebih dahulu mengerjakannya.”

Di sisi lain, kita tanyakan, “Apakah hukum asal mengecup sesuatu dalam rangka taqarrub kepada Allah k itu dibolehkan atau dilarang?”

Berkaitan dengan masalah ini, kita bawakan hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dalam Shahih keduanya, agar menjadi peringatan bagi orang yang mau ingat dan agar diketahui jauhnya kaum muslimin pada hari ini dari pendahulu mereka yang shalih.

Hadits yang dimaksud adalah dari ’Abis bin Rabi’ah, ia berkata, “Aku melihat Umar ibnul Khaththab radhiyallahu ‘anhu mengecup Hajar Aswad dan berkata:

إِنِّي لَأَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ لاَ تَضُرُّ وَلاَ تَنْفَعُ، فَلَوْلاَ أَنِّي رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَبِّلُكَ مَا قَبَّلْتُكَ

“Sungguh aku tahu engkau adalah sebuah batu, tidak dapat memberikan mudarat dan tidak dapat memberi manfaat. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mencium/mengecupmu niscaya aku tidak akan menciummu.”3

Apa makna ucapan ‘Umar Al-Faruq radhiyallahu ‘anhu, “Seandainya aku tidak melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mencium/mengecupmu niscaya aku tidak akan menciummu.”

Dan kenapa ‘Umar mencium/mengecup Hajar Aswad yang dikatakan dalam hadits yang shahih:

الْحَجَرُ اْلأَسْوَدُ مِنَ الْجَنَّةِ

“Hajar Aswad (batu) dari surga.”4

Apakah ‘Umar menciumnya dengan falsafah yang muncul darinya sebagaimana ucapan orang yang berkata, “Ini adalah Kalamullah maka kami menciumnya”? Apakah ‘Umar mengatakan, “Ini adalah batu yang berasal dari surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa maka aku menciumnya. Aku tidak butuh dalil dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menerangkan pensyariatan menciumnya!”

Ataukah jawabannya karena memurnikan ittiba’ (pengikutan) terhadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang yang menjalankan Sunnah beliau sampai hari kiamat? Inilah yang menjadi sikap ‘Umar hingga ia berkata, “Seandainya aku tidak melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mencium/mengecupmu niscaya aku tidak akan menciummu….”

Dengan demikian, hukum asal mencium seperti ini adalah kita menjalankannya di atas sunnah yang telah berlangsung, bukannya kita menghukumi dengan perasaan kita, “Ini baik dan ini bagus.”

Ingat pula sikap Zaid bin Tsabit, bagaimana ia memperhadapkan tawaran Abu Bakar dan ‘Umar radhiyallahu ‘anhum kepadanya untuk mengumpulkan Al-Qur`an guna menjaga Al-Qur`an jangan sampai hilang. Zaid berkata, “Bagaimana kalian melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam?!”

Sementara kaum muslimin pada hari ini, tidak ada pada mereka pemahaman agama yang benar.

Bila dihadapkan pertanyaan kepada orang yang mencium mushaf tersebut, “Bagaimana engkau melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam?”, niscaya ia akan memberikan jawaban yang aneh sekali. Di antaranya, “Wahai saudaraku, ada apa memangnya dengan perbuatan ini, toh ini dalam rangka mengagungkan Al-Qur`an!” Maka katakanlah kepadanya, “Wahai saudaraku, apakah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengagungkan Al-Qur`an? Tentunya tidak diragukan bahwa beliau sangat mengagungkan Al-Qur`an namun beliau tidak pernah mencium Al-Qur`an.”

Atau mereka akan menanggapi dengan pernyataan, “Apakah engkau mengingkari perbuatan kami mencium Al-Qur`an? Sementara engkau mengendarai mobil, bepergian dengan pesawat terbang, semua itu perkara bid’ah (maksudnya kalau mencium Al-Qur`an dianggap bid’ah maka naik mobil atau pesawat juga bid’ah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah naik mobil dan pesawat, –pent.).”

Ucapan ini jelas salahnya karena bid’ah yang dihukumi sesat secara mutlak hanyalah bid’ah yang diada-adakan dalam perkara agama. Adapun bid’ah (mengada-adakan sesuatu yang baru yang belum pernah ada di masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam -pent.) dalam perkara dunia, bisa jadi perkaranya dibolehkan, namun terkadang pula diharamkan dan seterusnya. Seseorang yang naik pesawat untuk bepergian ke Baitullah guna menunaikan ibadah haji misalnya, tidak diragukan kebolehannya. Sedangkan orang yang naik pesawat untuk safar ke negeri Barat dan berhaji ke barat, tidak diragukan sebagai perbuatan maksiat. Demikianlah.

Adapun perkara-perkara ta’abbudiyyah (peribadatan) jika ditanyakan, “Kenapa engkau melakukannya?” Lalu yang ditanya menjawab, “Untuk taqarrub kepada Allah!” Maka aku katakan, “Tidak ada jalan untuk taqarrub kepada Allah kecuali dengan perkara yang disyariatkan-Nya.”

Engkau lihat bila salah seorang dari ahlul ilmi mengambil mushaf untuk dibaca, tak ada di antara mereka yang menciumnya. Mereka hanyalah mengamalkan apa yang ada di dalam mushaf Al-Qur`an. Sementara kebanyakan manusia yang perasaan mereka tidak memiliki kaidah, menyatakan perbuatan itu sebagai pengagungan terhadap Kalamullah namun mereka tidak mengamalkan kandungan Al-Qur`an.

Sebagian salaf berkata, “Tidaklah diadakan suatu bid’ah melainkan akan mati sebuah sunnah.”

Ada bid’ah lain yang semisal bid’ah ini. Engkau lihat manusia, sampai pun orang-orang fasik di kalangan mereka namun di hati-hati mereka masih ada sisa-sisa iman, bila mereka mendengar muadzin mengumandangkan adzan, mereka bangkit berdiri. Jika engkau tanyakan kepada mereka, “Apa maksud kalian berdiri seperti ini?” Mereka akan menjawab, “Dalam rangka mengagungkan Allah Subhanahu wa Ta’ala!” Sementara mereka tidak pergi ke masjid. Mereka terus asyik bermain dadu, catur, dan semisalnya. Tapi mereka meyakini bahwa mereka mengagungkan Rabb mereka dengan cara berdiri seperti itu. Dari mana mereka dapatkan kebiasaan berdiri saat adzan tersebut?! Tentu saja mereka dapatkan dari hadits palsu:

إِذَا سَمِعْتُمُ اْلأَذَانَ فَقُوْمُوْا

“Apabila kalian mendengar adzan maka berdirilah.”5

Hadits ini sebenarnya ada asalnya, akan tetapi ditahrif oleh sebagian perawi yang dhaif/lemah atau para pendusta. Semestinya lafadznya: قُوْلُوا (…ucapkanlah), mereka ganti dengan: قُوْمُوْا (…berdirilah), meringkas dari hadits yang shahih:

إِذَا سَمِعْتُمُ اْلأَذَانَ، فَقُوْلُوْا مِثْلَ مَا يَقُوْلُ ثُمَّ صَلُّوْا عَلَيَّ

“Apabila kalian mendengar adzan maka ucapkanlah semisal yang diucapkan muadzin, kemudian bershalawatlah untukku….”6

Lihatlah bagaimana setan menghias-hiasi bid’ah kepada manusia dan meyakinkannya bahwa ia seorang mukmin yang mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah Subhanahu wa Ta’ala. Buktinya bila mengambil Al-Qur`an, ia menciumnya dan bila mendengar adzan ia berdiri karenanya.

Akan tetapi apakah ia mengamalkan Al-Qur`an? Tidak! Misalnya pun ia telah mengerjakan shalat, tapi apakah ia tidak memakan makanan yang diharamkan? Apakah ia tidak makan riba? Apakah ia tidak menyebarkan di kalangan manusia sarana-sarana yang menambah kemaksiatan terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala? Apakah dan apakah…? Pertanyaan yang tidak ada akhirnya. Karena itulah, kita berhenti dalam apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala syariatkan kepada kita berupa amalan ketaatan dan peribadatan. Tidak kita tambahkan walau satu huruf, karena perkaranya sebagaimana disabdakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

مَا تَرَكْتُ شَيْئًا مِمَّا أَمَرَكُمُ اللهُ بِهِ إِلاَّ وَقَدْ أَمَرْتُكُمْ بِهِ

“Tidaklah aku meninggalkan sesuatu dari apa yang Allah perintahkan kepada kalian kecuali pasti telah aku perintahkan kepada kalian.”7

Maka apakah amalan yang engkau lakukan itu dapat mendekatkanmu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala? Bila jawabannya, “Iya.” Maka datangkanlah nash dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang membenarkan perbuatan tersebut.

Bila dijawab, “Tidak ada nashnya dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Berarti perbuatan itu bid’ah, seluruh bid’ah itu sesat dan seluruh kesesatan itu dalam neraka.

Mungkin ada yang merasa heran, kenapa masalah yang kecil seperti ini dianggap sesat dan pelakunya kelak berada di dalam neraka? Al-Imam Asy-Syathibi rahimahullahu memberikan jawabannya dengan pernyataan beliau, “Setiap bid’ah bagaimana pun kecilnya adalah sesat.”

Maka jangan melihat kepada kecilnya bid’ah, tapi lihatlah di tempat mana bid’ah itu dilakukan. Bid’ah dilakukan di tempat syariat Islam yang telah sempurna, sehingga tidak ada celah bagi seorang pun untuk menyisipkan ke dalamnya satu bid’ah pun, kecil ataupun besar. Dari sini tampak jelas sisi kesesatan bid’ah di mana perbuatan ini maknanya memberikan ralat, koreksi, dan susulan (dari apa yang luput/tidak disertakan) kepada Rabb kita Subhanahu wa Ta’ala dan juga kepada Nabi kita Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Seolah yang membuat dan melakukan bid’ah merasa lebih pintar daripada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Na’udzu billah min dzalik. Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.

Minggu, 23 Januari 2011

Para Ulama yang mewajibkan Sutrah

Bagi kelompok ini, hadits-hadits yang memerintahkan memasang pembatas menunjukkan kewajibannya, sebab hukum asal dari perintah adalah menunjukkan wajib selama belum ada dalil lain yang membelokkan kewajiban tersebut.

Berkata Imam Asy Syaukani Rahimahullah tentang hadits: “Hendaklah dia shalat menggunakan pembatas.”

فِيهِ أَنَّ اتِّخَاذَ السُّتْرَةِ وَاجِبٌ

“Di dalam hadits ini menunjukkan wajibnya menggunakan sutrah.” (Nailul Authar, Juz. 4, Hal. 204. Al Maktabah Asy Syamilah)

Imam Al Qadhi ‘Iyadh membantah kebolehkan membuat batas (sutrah) sekedar garis.

وَاسْتَدَلَّ الْقَاضِي عِيَاض رَحِمَهُ اللَّه تَعَالَى بِهَذَا الْحَدِيث عَلَى أَنَّ الْخَطّ بَيْن يَدَيْ الْمُصَلِّي لَا يَكْفِي

“Al Qadhi ‘Iyadh Rahimahullah berdalil dengan hadits ini bahwa membuat garis tidaklah mencukupi bagi orang yang shalat.” (Syarh An Nawawi ‘ala Muslim, Juz. 2, hal. 251, No hadits. 769. Al Maktabah Asy Syamilah)

Sebab hadits yang menyebutkan sutrah hanya sekedar garis adalah dha’if. Berikut keterangan dalam Syarh An Nawawi ‘ala Muslim:

وَلَمْ يَرَ مَالِك رَحِمَهُ اللَّه تَعَالَى وَلَا عَامَّة الْفُقَهَاء الْخَطّ . هَذَا كَلَام الْقَاضِي ، وَحَدِيث الْخَطّ رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ وَفِيهِ ضَعْف وَاضْطِرَاب

Imam Malik dan kebanyakan fuqaha tidaklah berpendapat tentang garis.” Demikianlah ucapan Al Qadhi. Dan hadits tentang garis diriwayatkan oleh Abu Daud, sanadnya idhtirab (goncang)” (Ibid).

Kamis, 17 Juni 2010